Berikut perbedaan fungsi dan penggunaan semua jenis huruf bahasa jepang tersebut :

Huruf Hiragana dulunya digunakan oleh para wanita jepang (makanya bentuk tulisannya halus). Sedangkan penggunaanya adalah untuk :
  • kata keterangan
  • Perkataan dimana kanjinya lama tidak digunakan atau bahkan sudah tidak diketahui
  • digunakan untuk situasi yang formal
Bersama kanji, dulu huruf katakana hanya digunakan oleh kamu lelaki (makanya bentuknya lurus-lurus).Digunakan untuk kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang kemudian diserap menjadi bahasa jepang.
Sedangkan yang ketiga adalah huruf kanji, bentuknya mirip dengan huruf cina.. karena memang asalnya darisana. Dipakai untuk melambangkan konsep atau ide.
Selain itu ada juga huruf romaji yang merupakan sistem alihaksara.

Nah umpamanya sekarang anda sedang membutuhkan untuk menterjemahkan huruf indonesia menjadi huruf jepang. Berikut beberapa web service yang dapat melakukannya

  • http://translate.google.com/translate_t#
  • http://sukimania.ddo.jp/trans/trans_e.php
  • http://nihongo.j-talk.com/parser/

 
 
Zaman prasejarah Jepang terdiri dari zaman Jomon dan zaman Yayoi.
Dibawah ini power point penjelasan dari zaman Jomon dan zaman Yayoi :
zaman_nara_710-796.pptx
File Size: 2535 kb
File Type: pptx
Download File

 
        Dalam bahasa Jepang kita mengenal isitilah shoukai. Shoukai adalah perkenalan. Kita dapat mengenal dua macam perkenalan, yaitu memperkenalkan diri dan memperkenalkan orang lain.
1. Memperkenalkan diri
Polanya sebagai berikut:
Pola 1  
(orang) wa (nama/status) desu
Pola ini digunakan untuk memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama

Contoh :
1) Watashi wa Mia desu (saya Mia)
2) Watashi wa koukousei desu. 1nensei desu. (saya siswa SMA. kelas 1)

Pola 2
KB (orang) wa KB (sekolah) no KB (nama/status) desu
Pola ini digunakan untuk memperkenalkan diri dengan menyebutkan asal sekolah dari nama/status yang diperkenalkan

Contoh :
1) Watashi wa SMAN 2* no Mia desu [*bacanya: dai ni koukou]  (saya Mia dari SMAN 2)
2) Watashi wa SMAN 1* no seito desu [*bacanya: daiichi koukou] (saya murid SMAN 1)

2. Memperkenalkan orang lain
Polanya sebagai berikut
Pola 1
Kochira wa KB (nama) desu
  • Pola kalimat ini digunakan untuk memperkenalkan orang lain dengan menyebutkan nama\status
  • Kochira digunakan untuk memperkenalkan orang lain, samil menunjukan orang yang akan diperkenalkan
  • Saat menyebutkan nama orang lain, selalu diikutu –san
Contoh :
1) Kochira wa Ari-san desu (disamping saya adalah Ari)
2) Kochira wa 1nensei no Ari-san desu (disamping saya adalah Ari dari kelas 1)

Pola 2
KB (nama) wa KB (status) desu
Pola kalimat ini digunakan untuk memperkenalkan orang lain dengan status yang bersangkutan

Contoh :
1) Ria-san wa SMAN 1 no seito desu (Ria adalah siswa SMAN 1)
2) Toni-san wa 1nensei desu (Tono kelas 1)
3. Nama daerah, Asal, Negara, Pekerjaan, Negara

Pekerjaan

Kyoushi         : guru (diri sendiri)
Sensei           : guru (orang lain)
Koumuin       : pegawai negeri
Oishasan       : dokter (orang lain)
Isha              : dokter (diri sendiri)
Ginkouin       : pegawai bank
Kaishain        : karyawan

Penggunaan Hajimemashite

        Hajimemashite digunakan ketika baru pertama kali kenal dengan seseorang. Biar ngerti kita latih dengan percakapan ini:
Kazu        : Hajimemashite. (Watashi wa) Kazu desu. (Perkenalkan. Saya Kazu)
Minto       : Hajimemashite. (Watashi wa) Minto desu. Douzo yoroshiku. Onegai     shimasu.  
 (Perkenalkan. Saya Minto. Senang berkenalan denganmu. Mohon bantuannya)


Atau pakai contoh ini dalam memperkenalkan orang lain:

Mira    : Mina-san, kochira wa Azumi-san desu (Hadirin, di sebelah saya ini adalah Azumi)
Azumi : Hajimemashite. (Watashi wa) Azumi desu. Douzo yoroshiku (Perkenalkan. Saya Azumi. Mohon bantuannya)

Menanyakan Asal (tempat kara kimashita)

Dinda  : Doko kara kimashita ka (dari manakah asalmu?)
Mayu   : Osaka kara kimashita (Osaka)

Menanyakan tempat tinggal (tempat sunde imasu)

Rika    : Doko ni sunde imasu ka. (Dimanakah kamu tinggal)
Yuni    : Denpasaru ni sunde imasu (Denpasar)

Menanyakan hobi

Teta   : Anata no shumi wa nan desu ka (Apa hobimu?)
Fuyu   : Watashi no shumi wa manga o yomu koto desu (hobi saya adalah membaca komik)

Menanyakan negara (Okuni wa)

Haru   : Okuni wa dochira desu ka (dari negara mana)
Andi    : Indoneshia desu (Indonesia)

Contoh yang lain:

Mikan  : Deri-san wa Indoneshia no kata desu ka (Apakah Deri adalah orang Indonesia?)
Deri    : Hai, Indoneshiajin desu (Ya, saya orang Indonesia)

Menanyakan pekerjaan (Oshigoto wa)

Yoshi  : Itsuki-san, oshigoto wa (Kozuki, apa pekerjaanmu)
Itsuki  : Chuugakusei desu (murid SMP)

Menanyakan nomor telepon (denwa bangou wa *nomor* desu)

Tina    : Ina-san, anata no denwa bangou wa nan bang desu ka (Ina, berapa nomor teleponmu?)
Ina      : 081 no 805 no 444132 desu

[kalau kalian suka iseng, hubungi saja. saya buatnya dengan asal. Jangan salahkan saya kalo nomor itu nyambung]

Menanyakan umur (*bilangan* sai desu)

Yumi   : Nan sai desu ka (berapa umurmu?)

Emi    : 17sai desu (17 tahun)

Ayo kita latihan sekarang

Di bawah ini adalah contoh perkenalan yang sudah dikembangkan:

        Hajimemashite. Watashi wa Hana desu. Jogujakaruta kara de sunde imasu. Indoneshiajin desu. Koukousei desu. 16sai desu. Watashi no shumi wa uta o kiku koto desu

(Perkenalkan. Saya Hana. Saya berasal dan tinggal Jogjakarta. Saya orang Indonesia. Saya murid SMA. 16 tahun. Hobi saya adalah mendengarkan lagu)

            Kalian bisa latihan dengan pola seperti diatas. Oya, kara de sunde imasu itu digunakan jika kalian berasal dan tinggal di tempat yang sama.
 
        Untuk mempelajari bahasa Jepang, kalian harus mengenal salam (aisatsu). Salam itu dasar untuk mempelajari bahasa Jepang. Banyak salam yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya :
Ohayou gozaimasu           : Selamat pagi
Konnichiwa                     : Selamat siang
Konbanwa                       : Selamat malam
Oyasuminasai                  : Selamat beristirahat/selamat tidur
Ohisashiburidesune         : Sudah lama tidak bertemu
Sayounara                      : Selamat tinggal
Dewa mata/ja, mata         : Sampai bertemu
(Dewa) mata ashita          : Sampai bertemu besok
(Dewa) mata raishuu         : Sampai bertemu minggu depan

Salam yang lain :
Arigatou gozaimasu  : terima kasih
Douitashimashite     : Sama-sama
Ogenki desu ka        : Apa kabar?
Sumimasen              : Maaf
Shitsurei shimasu     : Permisi
Shitsurei desu ga      : Permisi/maaf
Gomennasai            : Maaf
Kamaimasen            : Tidak apa-apa
Okage sama de        : berkat doa anda/sehat-sehat saja

Penggunaan salam perpisahan

        Jika saya perhatikan, banyak sekali yang menggunakan kata “Sayounara” untuk mengucapkan sampai besok atau sampai bertemu. Sebenarnya kata “Sayounara” itu digunakan untuk berpisah dengan seseorang tapi kita tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi dengannya. Mungkin akan bertemu 5 tahun lagi. Nah, jika kita bertemu lagi dengan orang tersebut 5 tahun kemudian, kita mengucapkan, “Ohisashiburidesune. Ogenki desu ka” (Sudah lama tidak bertemu. Apa kabar?). Jawabannya adalah, “Genki desu. Arigatou gozaimasu”. Jika kita mengucapkan perpisahan dengan seseorang tapi kita akan bertemu besok atau nanti sore, kita harus mengucapkan, “Ja, mata” (sampai besok)/ ”Mata ashita” (sampai bertemu). Atau juga, “Mata raishuu”.
 
        Pola-pola kalimat dalam bahasa Jepang yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas adalah pola kalimat yang termasuk dalam level 4 dalam kemampuan berbahasa Jepang. Pola kalimat tersebut dari pola kalimat yang sederhana seperti; …..wa……desu. Maka dari pada itu disini penulis juga akan memulai menjelaskan pola-pola kalimat yang diajarkan dijenjang SMA/MA. Mari kita mulai dengan pola kalimat yang pertama:
¤ Subjek wa Predikat desu.
        Pola kalimat ini merupakan pola kalimat positif dalam bahasa Jepang, yang mana nantinya dapat diubah ke dalam bentuk negatif.

Contoh kalaimat: 
     1. Watashi wa Bari-jin desu.  
     2. Tanaka-san wa Nihon-jin desu.
     3. Watashi wa Made-san desu.

     Pola Kalimat berikutnya yang akan dbahas yaitu pola kalimat yang menggunakan partikel に yang mana memiliki makna diantaranya;
に (point of time) menyatakan waktu
に (location) menyatakan tempat
に (purpose) menyatakan tujuan dari suatu aktifitas
に (goal) pencapaian
に (indirect object marker)kata ganti Objek
に (point of time) menyatakan waktu

Pola kalimat berikutnya adalah pola kalimat yang menggunakan partikel no
Mulai dari yang sederhana yaitu no yang bermakna kepemilikan atau kepunyaan
KB no KB
Contoh :
  1. Watashi no hon
My book
Buku saya
Berikut nya node menyatakan kalimat 1 merupakan alasan terjadinya kalimat 2
(indicates that S1 is the reason for what is expressed in S2)

Kalimat 1 node Kalimat 2
2. kyou wa byoukina node uchi ni yasumimasu.
Hari ini saya sakit oleh sebab itu istirahat dirumah

Berikutnya noni menyatakan kalimat 2 merupakan kondisi yang tidak normal dari pernyataan kalimat 1
Kalimat 1 noni kalimat 2
3. jikan ga atta noni doko e mo ikimasen
walaupun ada waktu tetapi tidak bisa pergi keman-mana
 
        Secara resmi, aksara Tionghoa pertama kali dikenal di Jepang lewat barang-barang yang diimpor dari Tionghoa melalui Semenanjung Korea mulai abad ke-5 Masehi. Sejak itu pula, aksara Tionghoa banyak dipakai untuk menulis di Jepang, termasuk untuk prasasti dari batu dan barang-barang lain. 

         Sebelumnya di awal abad ke-3 Masehi, dua orang bernama Achiki dan Wani datang dari Baekje di masa pemerintahan Kaisar Ōjin. Keduanya konon menjadi pengajar aksara Tionghoa bagi putra kaisar. Wani membawa buku Analek karya Kong Hu Chu dan buku pelajaran menulis aksara Tionghoa untuk anak-anak dengan judul Seribu Karakter Klasik. Walaupun demikian, orang Jepang mungkin sudah mengenal aksara Tionghoa sejak abad ke-1 Masehi. Di Kyushu ditemukan stempel emas asal tahun 57 Masehi yang diterima sebagai hadiah dari Tiongkok untuk raja negeri Wa (Jepang).    
 
         Kaisar Ōjin Dokumen tertua yang ditulis di Jepang menurut perkiraan ditulis keturunan imigran dari Tiongkok. Istana mempekerjakan keturunan imigran dari Tiongkok bekerja di istana sebagai juru tulis. Mereka menuliskan bahasa Jepang kuno yang disebut yamato kotoba dalam aksara Tionghoa. Selain itu, mereka juga menuliskan berbagai peristiwa dan kejadian penting.

        Sebelum aksara kanji dikenal orang Jepang, bahasa Jepang berkembang tanpa bentuk tertulis. Pada awalnya, dokumen bahasa Jepang ditulis dalam bahasa Tionghoa, dan dilafalkan menurut cara membaca bahasa Tionghoa. Sistem kanbun (漢文) merupakan cara penulisan bahasa Jepang menurut bahasa Tionghoa yang dilengkapi tanda diakritik. Sewaktu dibaca, tanda diakritik membantu penutur bahasa Jepang mengubah susunan kata-kata, menambah partikel, dan infleksi sesuai aturan tata bahasa Jepang.

        Selanjutnya berkembang sistem penulisan man'yōgana yang memakai aksara Tionghoa untuk melambangkan bunyi bahasa Jepang. Sistem ini dipakai dalam antologi puisi klasik Man'yōshū. Sewaktu menulis man'yōgana, aksara Tionghoa ditulis dalam bentuk kursif agar menghemat waktu. Hasilnya adalah hiragana yang merupakan bentuk sederhana dari man'yōgana. Hiragana menjadi sistem penulisan yang mudah dikuasai wanita. Kesusastraan zaman Heian diwarnai karya-karya besar sastrawan wanita yang menulis dalam hiragana. Sementara itu, katakana diciptakan oleh biksu yang hanya mengambil sebagian kecil coretan dari sebagian karakter kanji yang dipakai dalam man'yōgana.
 
Zaman Nara
zaman_nara_.pptx
File Size: 2608 kb
File Type: pptx
Download File